Pernahkah kamu mengunjungi tempat yang membuatmu merasa seperti melangkah mundur ke masa lalu? Saat aku pertama kali menjejakkan kaki di Seoul, Korea Selatan, yang terlintas di pikiranku tentu deretan gedung pencakar langit, kafe estetik, dan hiruk pikuk kota modern yang tak pernah tidur. Namun di balik gemerlap modernitas itu, tersembunyi sebuah permata sejarah yang mungkin tidak banyak diketahui wisatawan: Pagoda Wongaksa (Wongaksa Pagoda).
Tempat ini bukan sekadar struktur batu tua yang berdiri diam di tengah kota. Wongaksa adalah simbol spiritual, seni, dan warisan budaya Korea yang telah bertahan lebih dari lima abad. Saat aku berdiri di depannya, ada perasaan tenang yang sulit dijelaskan—seolah-olah sejarah sedang berbisik pelan di telingaku.
Awal Pertemuanku dengan Pagoda Wongaksa

Perjalananku menuju Pagoda Wongaksa dimulai dari kawasan Tapgol Park, taman bersejarah yang terletak di jantung kota Seoul. Taman ini dulunya disebut Pagoda Park, karena di sinilah Pagoda Wongaksa berdiri megah sebagai pusat perhatian. Aku datang ke sana pada pagi hari musim gugur, ketika udara sejuk menyapa lembut dan dedaunan kuning berguguran perlahan di jalan setapak Wikipedia Di tengah taman yang rindang dan damai itu, berdiri pagoda batu berlapis sepuluh tingkat. Dari kejauhan, bentuknya sudah tampak luar biasa simetris dan indah. Tapi semakin aku mendekat, semakin aku kagum pada detail ukirannya yang halus. Setiap sisi batu terasa seperti karya seni yang dibuat dengan kesabaran dan penuh makna spiritual.
Wongaksa bukan sekadar bangunan; ini adalah peninggalan era Dinasti Joseon yang telah menjadi saksi perjalanan sejarah panjang Korea.
Sejarah Singkat: Dari Kuil Hingga Simbol Nasional
Pagoda Wongaksa awalnya dibangun pada tahun 1467, di masa pemerintahan Raja Sejo dari Dinasti Joseon. Kala itu, kuil Wongaksa didirikan sebagai tempat untuk menyebarkan ajaran Buddhisme Seon (Zen Korea).
Nama “Wongaksa” sendiri berarti “Kuil Pencerahan Sempurna”—sebuah nama yang mencerminkan tujuan spiritual mendalam: mencapai kebijaksanaan dan kedamaian batin.
Namun, yang membuat tempat ini begitu istimewa bukan hanya nilai religiusnya, melainkan arsitektur pagodanya yang sangat langka dan menakjubkan. Pagoda ini adalah pagoda batu granit bertingkat sepuluh, yang menjadi satu-satunya dari jenisnya di Korea.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, kuil Wongaksa hancur dan hanya pagoda-nya saja yang tersisa. Meski kuilnya lenyap, pagoda ini tetap berdiri tegak selama lebih dari 500 tahun, menjadikannya saksi bisu perjalanan sejarah Korea dari era feodal hingga era modern.
Keindahan Arsitektur yang Mengagumkan
Sebagai seseorang yang menyukai seni dan arsitektur, aku terpikat oleh keindahan geometris Pagoda Wongaksa. Setiap tingkatnya terasa begitu proporsional, menampilkan gaya arsitektur Dinasti Joseon yang elegan dan penuh filosofi.
Pagoda ini dibuat dari batu granit putih, bahan yang kuat sekaligus memancarkan kesan suci dan tenang. Tingginya mencapai sekitar 12 meter, dengan sepuluh lantai yang menandakan sepuluh tahap menuju pencerahan dalam ajaran Buddha.
Yang paling menarik adalah ukiran detail pada setiap sisi pagoda, menggambarkan sosok-sosok Buddha dan Bodhisattva yang duduk dalam meditasi. Di bagian dasar terdapat pilar-pilar kecil berbentuk bunga teratai, simbol kemurnian dalam Buddhisme.
Menurut catatan sejarah, bentuk dan proporsi pagoda ini dibuat berdasarkan prinsip harmoni antara langit dan bumi, yang merupakan inti dari filosofi Timur. Setiap tingkat mewakili dunia spiritual yang semakin tinggi—dan setiap batu yang tersusun adalah simbol perjalanan manusia menuju pencerahan sejati.
Pagoda Wongaksa dan Tapgol Park: Tempat Sejarah yang Tak Lekang Waktu
![]()
Banyak orang mengenal Tapgol Park sebagai tempat bersejarah penting dalam Gerakan 1 Maret 1919, yaitu demonstrasi kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang. Namun, tak banyak yang tahu bahwa jantung dari taman ini adalah Pagoda Wongaksa.
Ketika aku duduk di bangku taman sambil menatap pagoda, aku bisa merasakan aura sejarah yang kuat. Di sinilah aktivis kemerdekaan Korea berkumpul dan membacakan Deklarasi Kemerdekaan, di bawah bayangan pagoda yang telah berdiri sejak ratusan tahun sebelumnya.
Rasanya luar biasa menyadari bahwa tempat yang awalnya dibangun untuk tujuan spiritual kemudian menjadi simbol perjuangan kebebasan bangsa. Pagoda ini, dalam diamnya, telah menjadi saksi dua sisi kehidupan manusia: spiritualitas dan perjuangan.
Pengalaman Pribadi: Menyentuh Sejarah dengan Mata dan Hati
Ada sesuatu yang unik ketika kita berdiri di depan peninggalan berusia berabad-abad. Saat itu, aku tidak sekadar melihat batu tua, tapi seperti menyentuh roh sejarah yang hidup di dalamnya.
Ketika aku melangkah lebih dekat, aku bisa melihat pagar kaca pelindung yang mengelilingi pagoda untuk menjaga keaslian strukturnya. Meski tidak bisa menyentuh langsung, aku bisa merasakan ketenangan yang terpancar dari setiap ukiran batu.
Di sekeliling taman, beberapa turis lokal dan manula Korea duduk santai, berbincang dengan tenang. Aku melihat seorang kakek yang membawa buku, duduk di dekat pagoda sambil membaca dengan khusyuk. Entah kenapa pemandangan itu membuatku berpikir bahwa tempat ini bukan hanya warisan fisik, tapi juga ruang meditasi bagi jiwa yang lelah.
Sesaat aku menutup mata dan mencoba membayangkan seperti apa suasana di masa Dinasti Joseon dulu: suara lonceng kuil, aroma dupa, dan para biksu berjalan perlahan di pelataran batu. Semua terasa begitu damai—sesuatu yang jarang ditemukan di tengah hiruk pikuk Seoul modern.
Makna Filosofis di Balik Pagoda Wongaksa
Pagoda Wongaksa bukan sekadar monumen batu. Di balik setiap lapisannya tersembunyi makna filosofis yang mendalam.
Dalam ajaran Buddhisme, pagoda melambangkan pencerahan, dan setiap tingkatnya menggambarkan tahapan spiritual menuju kebijaksanaan tertinggi. Bentuk vertikal yang menjulang ke atas melambangkan perjalanan jiwa dari dunia fana menuju nirwana.
Selain itu, desain pagoda Wongaksa juga sarat dengan simbol-simbol kosmologis.
-
Bagian dasar melambangkan dunia fisik (bumi).
-
Bagian tengah menggambarkan dunia manusia (kehidupan).
-
Bagian atas mengarah ke dunia spiritual (langit dan pencerahan).
Menariknya, banyak sejarawan menganggap Wongaksa sebagai bentuk pertemuan antara arsitektur seni dan spiritualitas—sesuatu yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga mengajarkan keseimbangan batin.
Pagoda Wongaksa dalam Budaya Modern Korea
Meski dibangun pada abad ke-15, Pagoda Wongaksa tetap relevan hingga kini. Banyak film dokumenter, buku sejarah, dan bahkan acara televisi Korea yang menyorotnya sebagai simbol ketenangan di tengah modernitas.
Anak muda Korea kini sering datang ke Tapgol Park bukan hanya untuk berfoto, tapi juga untuk mencari inspirasi atau sekadar merenung. Beberapa seniman bahkan menggunakan siluet Pagoda Wongaksa sebagai inspirasi dalam karya seni digital dan desain arsitektur modern.
Bagi masyarakat Korea, Wongaksa adalah cermin identitas budaya—pengingat bahwa kemajuan teknologi dan ekonomi tidak boleh menghapus akar sejarah dan spiritualitas bangsa.
Tips Mengunjungi Pagoda Wongaksa
Kalau kamu berencana mengunjungi tempat ini, berikut beberapa tips pribadi dariku agar kunjunganmu semakin berkesan:
-
Datanglah pagi atau sore hari. Cahaya matahari lembut akan membuat pagoda terlihat lebih indah dan fotogenik.
-
Kunjungi juga Tapgol Park. Nikmati ketenangan taman, baca plakat sejarah tentang Gerakan 1 Maret, dan temukan patung-patung pahlawan kemerdekaan Korea.
-
Gunakan pakaian nyaman. Karena taman ini berada di pusat kota, kamu akan banyak berjalan kaki dari stasiun terdekat.
-
Hindari berisik. Ingat, ini bukan sekadar tempat wisata, tapi juga lokasi penuh nilai spiritual dan sejarah.
-
Bawa buku atau catatan kecil. Duduklah di bangku taman sambil menulis atau membaca, dan rasakan atmosfer reflektif yang sulit ditemukan di tempat lain.
Baca fakta seputar : Travel
Baca juga artikel menarik tentang : Halong Bay Tour Vietnam: Panduan Lengkap dan Pengalaman Pribadi
