Kalau ngomongin soal Bisnis photography, jujur awalnya saya pikir ini cuma soal bisa motret aja. Ternyata, nggak sesimpel itu. Bisnis photography itu adalah gabungan antara seni, teknis, dan marketing. Kalau salah satu pincang, ya bisnisnya juga ikut goyang.
Waktu pertama kali saya mulai bussiness motret, saya cuma punya kamera pinjaman. Serius. Itu kamera Canon 600D bekas punya kakak sepupu, dan saya cuma ngerti mode auto. Tapi karena sering diminta motoin teman-teman buat wisuda atau prewedding murah, saya mulai mikir: “Eh, ini bisa jadi duit juga ya.”
Bisnis photography itu bukan cuma motret, tapi juga tentang:
Menangkap momen berharga (kayak wedding, maternity, prewed, dll)
Memberikan layanan dan pengalaman ke klien
Ngatur harga dan paket layanan
Editing, branding, dan promosi
Jadi, buat saya pribadi, bisnis photography adalah seni menangkap cahaya dan emosi, terus dijual dalam bentuk kenangan yang gak ternilai. Dan ya, kalau ditekuni serius, ini bisa jadi ladang cuan yang panjang umurnya.
Kenapa Bisnis Photography Itu Menjanjikan?
Saya tahu banyak orang bilang, “Sekarang semua orang punya HP, buat apa bayar fotografer?” Nah, saya dulu juga sempat mikir gitu. Tapi ternyata, ada beberapa hal penting yang bikin bisnis ini tetap hidup dan bahkan makin berkembang menurut Bab production.
1. Kebutuhan Visual Tinggi
Zaman sekarang semuanya visual. Mulai dari konten Instagram, bisnis online, bahkan sampai lamaran kerja. Orang mau tampil profesional, dan foto berkualitas itu nilai tambah.
Saya pernah kerja sama dengan satu toko online lokal, bantuin mereka ambil foto produk buat katalog. Ternyata omzet mereka naik setelah pakai foto profesional. Dari situ saya sadar, “Oh, ini bukan cuma soal estetik, tapi soal konversi dan kepercayaan juga.”
2. Event Gak Pernah Mati
Pernikahan, wisuda, ulang tahun, dan acara keluarga lainnya tetap berlangsung. Bahkan waktu pandemi, orang tetap cari cara untuk mengabadikan momen secara private. Saya pernah dapat job motret wedding online via Zoom. Aneh sih, tapi dibayar, ya saya jalanin
3. Bisa Skalabel dan Fleksibel
Kalau udah punya nama, kita bisa rekrut tim, buka studio kecil, bahkan jual jasa editing atau preset Lightroom. Teman saya bahkan lebih fokus ke bisnis pre-wedding outdoor dan sekarang udah punya klien luar negeri.
Apa Saja yang Perlu Disiapkan agar Bisnis Photography Maju?
Oke, ini bagian paling teknis. Kalau mau bisnis photography jalan lancar, kita harus siap dari beberapa sisi.
1. Peralatan Dasar
Saya nggak bilang harus beli kamera mahal. Tapi setidaknya:
Kamera DSLR atau mirrorless entry-level (Canon, Sony, Fuji)
Lensa standar 50mm f/1.8 (murah tapi tajam!)
Tripod dan lighting sederhana (kayak ring light)
Laptop dan software editing (Lightroom, Photoshop, Capture One)
Saya dulu mulai dari kamera bekas dan belajar edit pakai aplikasi gratisan kayak Snapseed. Serius. Tapi lama-lama upgrade karena permintaan klien makin kompleks.
2. Portfolio
Awalnya saya kasih jasa motret gratis ke teman atau barter. Hasil fotonya saya kumpulin buat bikin portofolio online. Bisa di Instagram, Behance, atau bahkan PDF simple buat klien lihat.
3. Legalitas dan Brand
Kalau udah mulai dapet klien rutin, sebaiknya daftarin nama usaha. Saya pakai nama “Cahaya Cerita Photography” — sederhana, tapi punya makna. Branding itu penting supaya gampang diingat dan keliatan profesional.
Jangan lupa juga urus NPWP dan invoice klien kalau udah masuk ke proyek-proyek besar.
Tips Menjalankan Bisnis Photography Biar Gak Cuma Jalan di Tempat
Nah, ini bagian favorit saya. Karena di sinilah semua pengalaman jatuh bangun saya jadi pelajaran.
Tip 1: Jangan Takut Pasang Harga
Dulu saya suka takut pasang harga. Ngerasa belum cukup jago. Tapi akhirnya saya capek sendiri. Motret 8 jam cuma dibayar Rp300 ribu. Sakit punggung, mata pedih, dan bensin abis. Sejak itu saya mulai belajar tentang value pricing.
Mulai dari:
Paket basic (2 jam sesi, 20 foto edit) Rp500k
Paket reguler Rp1 juta
Paket premium dengan cetak dan album Rp2,5 juta ke atas
Yang penting transparan sama klien. Dan jangan malu nanya budget mereka juga.
Tip 2: Pelayanan Lebih Penting dari Kamera
Kamera mahal nggak akan ngalahin senyum tulus dan respon cepat. Saya pernah dapat klien repeat order 4x cuma karena saya sabar dan ngedit lebih cepat dari deadline. Mereka bilang, “Mas, hasilnya bagus, tapi yang bikin saya balik lagi itu komunikasinya enak.”
Tip 3: Belajar Terus
Fotografi itu dunia yang cepet banget berubah. Dulu orang suka tone warm ala Instagram, sekarang lebih ke clean dan editorial. Saya ikutan workshop online, nonton YouTube, dan ikut komunitas lokal buat tuker-tukeran ilmu.
Kalau bisa, pelajari juga:
Fotografi makanan (food photography)
Fashion photography
Videografi dasar buat konten reels/TikTok
Tip 4: Bangun Online Presence
Instagram saya jadi katalog berjalan. Saya rajin upload behind the scenes, kasih tips singkat di caption, dan kadang review alat. Followers pelan-pelan naik, dan klien datang dari DM.
Bisa juga buat website sederhana, portofolio, dan testimoni. Saya pakai platform gratis dulu (Wix), sekarang udah migrasi ke WordPress custom.
Kesalahan yang Pernah Saya Lakukan dan Pelajaran Berharganya
Waktu awal-awal, saya sering banget salah perhitungan waktu. Pernah satu sesi foto outdoor saya dateng siang bolong. Lighting-nya keras banget, foto jadi kontras dan banyak blown highlight. Klien tetap senyum, tapi saya tahu mereka kurang puas. Pelajaran: golden hour itu kunci buat outdoor shoot.
Kesalahan lain? Saya lupa bawa memory card cadangan waktu motret lamaran teman. Ya ampun, saya sampai harus ke Indomaret beli card baru. Untung masih sempat. Sejak itu saya selalu bawa dua SD card dan baterai ekstra.
Dan ya, dulu saya juga terlalu fokus ke gear, bukan ke komposisi dan cerita. Padahal, kadang momen sederhana bisa jadi luar biasa kalau kita sabar dan jeli.
Bisnis Photography Itu Tentang Hati, Bukan Hanya Lensa
Kalau kamu mikir mau mulai bisnis fotografi, saran saya: jalanin aja dulu. Jangan tunggu sempurna. Mulai dari apa yang ada, motret dari hati, dan jangan pernah berhenti belajar.
Saya sendiri masih terus berkembang. Masih banyak belajar tone, teknik baru, bahkan mulai merambah video juga. Tapi yang pasti, bisnis ini ngajarin saya banyak hal — tentang kesabaran, tentang komunikasi, dan tentang melihat keindahan dari hal kecil.
Dan ya, kalau dijalankan dengan niat baik dan konsisten, bisnis fotografi ini bisa jadi ladang rezeki yang menyenangkan dan bermakna.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Batik Air: Pengalaman Terbang Nyaman dengan Fasilitas Lengkap 2025 disini