Ho Chi Minh: Kota Penuh Sejarah, Kuliner, dan Energi Tanpa Henti

Ho Chi Minh

Saya masih ingat betul momen pertama kali tiba di Ho Chi Minh , kota yang dulu dikenal sebagai Saigon. Begitu keluar dari bandara, saya langsung disambut hiruk pikuk motor yang jumlahnya ribuan. Jujur, saya sempat bengong. Lalu lintasnya itu… luar biasa. Motor datang dari segala arah, klakson bersahutan, tapi entah bagaimana semuanya tetap berjalan tanpa tabrakan besar. Rasanya seperti nonton orkestra yang kacau tapi harmonis.

Di situ saya sadar, Ho Chi Minh bukan kota biasa. Ia adalah kota yang hidup, berdenyut dengan energi yang susah dituliskan. Setiap sudutnya punya cerita. Ada bangunan kolonial Prancis yang elegan, ada pasar tradisional dengan aroma rempah yang kuat, ada kafe-kafe kecil tempat orang lokal nongkrong berjam-jam sambil minum kopi kental khas Vietnam.

Dan saya, sebagai orang luar, merasa seperti murid baru yang siap belajar banyak hal dari kota ini.

Sejarah yang Membekas: Dari Saigon ke Ho Chi Minh

10 Objek Wisata Terbaik di Kota Ho Chi Minh - Tripadvisor

Kalau kita bicara soal Ho Chi Minh, nggak mungkin lepas dari sejarahnya. Kota ini dulunya bernama Saigon, sebelum diganti setelah penyatuan Vietnam di tahun 1975. Nama Ho Chi Minh sendiri diambil dari bapak revolusi Vietnam, seorang tokoh yang dihormati karena perannya dalam melawan penjajahan Wikipedia.

Saya sempat mengunjungi War Remnants Museum, sebuah museum yang jujur bikin hati campur aduk. Foto-foto perang, cerita tentang korban, hingga kendaraan militer dipajang di sana. Saya keluar dari museum itu dengan perasaan berat, tapi juga dengan rasa hormat pada keberanian rakyat Vietnam.

Di sisi lain, kota ini juga menyimpan banyak jejak kolonial Prancis. Ada Saigon Notre-Dame Basilica, katedral bergaya gotik yang langsung bikin saya teringat Eropa. Tepat di seberangnya, ada Central Post Office yang sampai sekarang masih aktif digunakan. Arsitekturnya dirancang oleh Gustave Eiffel, nama yang juga ada di balik Menara Eiffel di Paris. Rasanya aneh, tapi indah, melihat warisan kolonial menyatu dengan kehidupan modern Vietnam.

Jalan-Jalan di Kota: Antara Motor, Pasar, dan Kopi Susu Vietnam

Bagi saya, cara terbaik menikmati Ho Chi Minh adalah dengan berjalan kaki atau naik motorbike tour (kalau berani). Saya pribadi akhirnya memilih ikut tur naik motor yang dibawa pemandu lokal. Awalnya deg-degan, tapi lama-lama seru juga. Melintasi jalan-jalan kecil, masuk ke gang-gang yang bahkan Google Maps nggak bisa deteksi, rasanya benar-benar autentik.

Saya berhenti di Ben Thanh Market, pasar tradisional yang ramai banget. Bau makanan, kain, dan bumbu bercampur jadi satu. Saya sempat tawar-menawar beli kaos “I Love Saigon” yang harganya awalnya dua kali lipat dari yang akhirnya saya bayar. Tipsnya? Jangan malu untuk tawar, orang lokal justru menganggap itu bagian dari keseruan.

Nah, yang paling saya suka adalah ngopi di kafe kecil. Kopi Vietnam itu beda banget dengan kopi yang biasa saya minum. Rasanya kental, manis, sering kali disajikan dengan susu kental manis. Ada juga cà phê trứng alias kopi telur, rasanya unik, agak creamy seperti tiramisu cair. Duduk di pinggir jalan, ngopi sambil lihat orang lalu lalang, itu sudah jadi hiburan tersendiri.

Kuliner Ho Chi Minh: Pho, Bánh Mì, dan Petualangan Lidah

Kalau ditanya apa pengalaman terbaik di Ho Chi Minh, jujur saja, jawabannya adalah makan. Kuliner di sini nggak ada habisnya.

Saya mulai dengan pho, sup mie berkuah bening dengan daging sapi atau ayam. Makan pho di tempat lokal, yang kursinya kecil-kecil dan dapurnya terbuka, rasanya jauh lebih nikmat daripada di restoran fancy. Kuahnya gurih, segar, dan hangatnya pas banget buat malam yang agak berangin.

Lalu ada bánh mì, roti baguette khas Prancis yang diisi dengan sayuran, daging, pate, dan saus. Harganya murah meriah, tapi rasanya luar biasa. Saya bahkan sempat makan bánh mì dua kali dalam sehari saking nagihnya.

Dan jangan lupakan street food lain seperti gỏi cuốn (spring roll segar), cơm tấm (nasi patahan dengan daging panggang), dan chè (semacam dessert manis campuran kacang, kelapa, dan agar-agar). Setiap kali mencoba makanan baru, saya merasa seperti membuka bab baru dalam perjalanan saya di kota ini.

Kehidupan Malam: Antara Rooftop Bar dan Pasar Malam

Saya bukan tipe orang yang suka dugem sampai pagi, tapi saya penasaran dengan nightlife di Ho Chi Minh. Jadi saya coba dua hal:

Pertama, nongkrong di rooftop bar yang menghadap ke skyline kota. Minum mocktail sambil lihat lampu-lampu kota menyala, itu pengalaman yang bikin saya mikir: “Wow, kota ini benar-benar nggak pernah tidur.”

Kedua, jalan ke Bùi Viện Street, semacam “Khao San Road”-nya Bangkok. Jalan ini penuh bar, musik keras, backpacker dari seluruh dunia, dan orang lokal yang jualan makanan pinggir jalan. Jujur, agak terlalu ramai buat saya, tapi seru juga sesekali merasakan energi liar seperti itu.

Buat yang lebih suka suasana santai, ada juga pasar malam yang jualan makanan, pakaian, sampai suvenir. Saya beli magnet kulkas di sana, kecil tapi jadi pengingat besar akan perjalanan saya.

Pelajaran yang Saya Petik dari Ho Chi Minh

25 Things to Do in Ho Chi Minh City: Top Activities & Attractions

Kalau ditanya apa yang paling berkesan dari Ho Chi Minh, jawabannya bukan cuma tempat wisata atau makanannya. Tapi lebih ke jiwa kotanya.

Saya belajar tentang ketahanan hidup. Kota ini pernah hancur karena perang, tapi lihat sekarang—Ho Chi Minh tumbuh jadi pusat ekonomi terbesar di Vietnam. Gedung-gedung tinggi berdiri, tapi sejarah tetap dijaga.

Saya juga belajar untuk lebih fleksibel. Awalnya saya kesal dengan lalu lintasnya yang gila. Tapi lama-lama saya terbiasa. Bahkan ada semacam seni untuk menyeberang jalan: jangan ragu, jalan pelan tapi pasti, dan biarkan motor mengalir menghindari kita. Itu bukan cuma soal menyeberang jalan, tapi juga filosofi hidup—kadang kita harus percaya pada alur, bukan melawan arus.

Dan terakhir, saya belajar bahwa perjalanan itu bukan cuma soal “lihat tempat baru”, tapi juga soal merasakan hidup dari perspektif orang lain. Duduk di kafe, lihat bapak-bapak main catur di trotoar, ngobrol dengan penjual bánh mì yang ramah, itu semua lebih berharga daripada sekadar foto Instagram.

Tips Praktis Kalau Mau ke Ho Chi Minh

Biar lebih membantu, saya kasih beberapa tips praktis:

  1. Transportasi: Gunakan aplikasi ride-hailing seperti Grab. Lebih aman dan jelas harganya.

  2. Uang: Bawa dong Vietnam (VND) secukupnya. Jangan terlalu banyak cash, tapi kartu juga nggak selalu diterima di tempat kecil.

  3. Makanan: Berani coba street food, tapi pilih tempat yang ramai pembeli (tanda makanannya segar).

  4. Bahasa: Bahasa Inggris nggak selalu fasih dipakai di sini, jadi unduh aplikasi penerjemah. Tapi senyum itu bahasa universal yang selalu berhasil.

  5. Cuaca: Ho Chi Minh panas dan lembap, jadi pakai pakaian nyaman dan minum banyak air.

Ho Chi Minh, Kota yang Mengajarkan Banyak Hal

Ketika saya pulang dari Ho Chi Minh, saya bawa lebih dari sekadar suvenir. Saya bawa cerita, pelajaran, dan kenangan yang terus teringat sampai sekarang.

Ho Chi Minh itu keras tapi hangat. Sibuk tapi ramah. Modern tapi tetap setia pada sejarahnya. Dan saya rasa, siapapun yang datang ke kota ini pasti akan pulang dengan cerita uniknya masing-masing.

Kalau ada kesempatan, saya pasti ingin kembali. Karena saya tahu, masih banyak sudut Ho Chi Minh yang belum sempat saya jelajahi. Dan mungkin, suatu hari nanti, saya bisa duduk lagi di kafe kecil pinggir jalan, menikmati kopi susu Vietnam, sambil bilang ke diri sendiri: “Ah, akhirnya saya kembali.”

Baca juga fakta seputar : Travel

Baca juga artikel menarik tentang : Perkebunan Teh Sirah Kencong: Surga Hijau yang Bikin Nagih Liburan

Author