Hydrafacial di Rumah itu pas lagi scroll TikTok, terus nemu video cewek yang kulitnya beauty literally glowing kayak kaca habis treatment. “Oke, ini dia kuncinya dapetin glass skin Korea!” pikir gue. Tapi begitu lihat harganya di klinik, wah… dompet langsung minta ampun. Bisa dua-tiga ratus ribu per sesi, bahkan lebih.
Nah, dari situlah awal mula gue penasaran sama hydrafacial di rumah. Banyak brand yang sekarang jual alat mini hydrafacial, essence khusus, bahkan paket skincare yang katanya bisa nyamain hasil wikipedia. Tapi pertanyaannya: beneran worth it atau cuma gimmick? Yuk, gue ceritain semua pengalaman gue di sini. Mulai dari trial and error, hasilnya gimana, dan pelajaran yang bisa lo ambil sebelum ikutan tren ini.
Bagian 1: Awal Mula Tergoda – “Katanya sih Bisa Dapat Hasil Seperti Klinik…”
Jujur aja ya, gue awalnya skeptis. Tapi karena gue termasuk tim kulit gampang kusam dan komedoan, gue pikir: yaudah deh, coba dulu. Karena kalau ke klinik terus kan gak sustainable. Belum lagi antri, belum tentu cocok juga produknya.
Jadi gue beli alat hydrafacial portable seharga 300 ribuan dari marketplace lokal. Banyak review bagus, dan ada filter ganti-gantinya. Katanya sih bisa sedot komedo dan bantu nyerap essence lebih maksimal. Gue juga beli serum hydrating dari brand lokal yang claim-nya “hydrating banget kayak infus untuk kulit.”
Tips penting banget waktu mau coba ini:
Jangan cuma tergoda harga. Cek dulu alatnya ada fungsi apa aja. Minimal punya:
- Hisap vakum lembut (jangan yang terlalu keras ya, nanti malah bikin memar)
- Spray essence atau serum
- Filter pengganti
- Pengaturan level sedotan
Gue belajar dari kesalahan pertama: asal beli yang lucu bentuknya tapi fungsinya minim. Alhasil cuma kayak mainan anak kecil.
Bagian 2: Proses Pertama – Rasanya Aneh Tapi Nagih
Pertama kali coba, gue mulai dengan cuci muka pakai cleanser lembut, terus pakai steamer wajah biar pori-pori kebuka. Ini penting sih, biar sedotannya lebih maksimal. Setelah itu, gue olesin serum hydrating dan mulai deh pakai alatnya.
Rasanya?
Kayak disedot vakum mini. Gak sakit, tapi geli dan agak bikin kaget di awal. Yang bikin puas tuh… pas liat hasil filternya. Ada aja kotoran yang keangkat—kayak sebum, minyak, dan debu. Tapi jujur, gak sebanyak yang gue kira.
Pelajaran penting:
Jangan berharap hasilnya kayak di klinik dalam satu kali pemakaian. Tapi setelah 2-3 kali, gue mulai lihat perbedaan:
- Kulit gue lebih halus
- Pori-pori agak lebih kalem
- Makeup nempel lebih rata
Tapi ya, gak langsung glass skin juga. Ini bukan sulap, guys.
Bagian 3: Efek Samping dan Kesalahan Klasik
Gue pernah salah pakai:
- Gak steam wajah dulu
- Pakai alat pas kulit lagi iritasi
- Gak ganti filter alatnya
Hasilnya?
Kulit jadi merah-merah, dan malah muncul jerawat kecil. Kayaknya karena pori-pori gue belum bersih, terus malah dimasukkan essence yang berat. Nah ini yang kadang orang gak tahu, Hydrafacial itu bukan buat semua kondisi kulit. Harus dilihat juga kondisi lo lagi kayak gimana.
Buat yang punya kulit sensitif, saran gue: mulai dari level sedotan paling ringan. Dan jangan terlalu sering, cukup 1–2 kali seminggu aja.
Bagian 4: Worth It Gak Sih?
Setelah dua bulan pakai secara rutin, ini yang gue rasain:
- Komedo lebih mudah keangkat, walau gak hilang 100%
- Kulit lebih plumpy dan lembab
- Tekstur kulit lebih rata, tapi butuh bantuan skincare juga
- Lebih hemat dibanding ke klinik
Tapi ya, jangan berekspektasi kayak habis laser atau treatment profesional. Alat hydrafacial di rumah tuh lebih ke perawatan tambahan, bukan solusi utama.
Kalau lo lagi hemat tapi pengen treat diri sendiri, ini bisa banget dicoba. Tapi kalau lo punya concern serius kayak jerawat meradang, mending konsultasi dulu ke dokter kulit.
Bagian 5: Tips Supaya Hydrafacial di Rumah Lebih Maksimal
Berikut hal-hal yang bikin hasil hydrafacial di rumah bisa mendekati kualitas klinik:
- Lakukan Eksfoliasi Ringan Sehari Sebelumnya
Misalnya pakai toner dengan AHA/BHA mild. Ini bantu buang sel kulit mati, biar alat bisa kerja lebih maksimal.
- Gunakan Essence yang Cepat Menyerap dan Non-comedogenic
Jangan asal pakai serum berat. Cari yang ringan dan melembabkan, kayak hyaluronic acid, panthenol, atau centella.
- Sterilisasi Alat Tiap Kali Pakai
Ini penting supaya gak nyebar bakteri. Cuci dengan air hangat + alkohol 70%.
- Selalu Steam Wajah Dulu Sebelum Treatment
Bisa pakai handuk hangat juga kalau gak punya steamer.
- Ganti Filter dan Jangan Pakai Area yang Sama Terlalu Lama
Nanti malah luka atau lebam. Usap lembut aja, jangan digosok.
Bagian 6: Kapan Harus Skip Hydrafacial di Rumah?
Jangan pakai alat ini kalau lo lagi:
- Kulit super kering/iritasi
- Ada jerawat aktif dan merah
- Baru eksfoliasi berat (kayak pakai retinol atau peeling)
- Habis berjemur terlalu lama
Kalau lo nekat, bisa jadi makin breakout atau malah iritasi parah. Pernah kejadian, pas gue abis pakai clay mask dan langsung lanjut hydrafacial—kulit gue literally perih kayak abis kebakar.
Kesimpulan: Hype Doang? Enggak Juga…
Menurut pengalaman gue, hydrafacial di rumah itu bukan gimmick, asal lo tahu cara pakainya dan gak berekspektasi berlebihan.
Kalau dipakai dengan cara yang benar, alat ini bisa bantu banget buat:
- Jaga kelembapan kulit
- Bersihin pori-pori ringan
- Boost penyerapan skincare
Tapi bukan pengganti dokter kulit ya. Dan jelas bukan solusi cepat untuk semua masalah wajah.
Jadi buat lo yang masih mikir-mikir, saran gue:
Coba aja sekali, tapi baca panduan dan review dulu. Hati-hati beli alatnya, pastikan sesuai dengan jenis kulit lo.
Baca Juga Artikel Ini: Hada Labo: Keunggulan dan Manfaat untuk Perawatan Kulit