Saya selalu penasaran dengan Tesla Cybertruck sejak pertama kali Elon Musk melempar besi ke kaca mobil itu dan kacanya retak. Jujur aja, desainnya bukan selera semua orang, tapi saya suka sesuatu yang beda.
Jadi ketika ada kesempatan buat hadir di acara peluncuran demo lokal—semacam roadshow di kota saya—saya langsung daftar. Saya pikir, “Paling juga acara pamer, liat-liat teknologi, lalu pulang.”
Tapi yang terjadi hari itu justru jadi salah satu momen paling bikin saya berpikir ulang tentang teknologi, keselamatan, dan kepercayaan publik terhadap produk futuristik.
Hari Itu Saya Pikir Hanya Akan Melihat Mobil Futuristik
Detik-Detik Sebelum Insiden Terjadi – Semua Terlihat Normal
Acara dimulai sore hari. Lokasinya outdoor, lapangan luas dekat mall. Suasananya ramai banget, banyak pengunjung penasaran, influencer lokal, wartawan teknologi, sampai keluarga yang bawa anak-anak.
Tesla Cybertruck dipajang megah di tengah lapangan. Aura-nya beda banget—kayak bukan mobil dunia ini. Sudut tajam, warna baja mentah, dan ukurannya yang gede bikin semua orang terpesona.
Demo dimulai. Ada engineer dari Tesla yang menjelaskan fitur-fitur Tesla Cybertruck—autopilot, bodi baja tahan peluru, suspensi pintar, dan lain-lain.
Semua berjalan lancar… sampai akhirnya mereka mulai uji demonstrasi fitur off-road.
Kecelakaan Kecil Tapi Dampaknya Besar
Salah satu bagian demo adalah menunjukkan bagaimana Tesla Cybertruck bisa melewati rintangan ekstrem. Jadi dibuat jalur buatan lengkap dengan tanjakan curam dan lumpur buatan.
Sopir demo mulai memacu Tesla Cybertruck naik ke tanjakan dengan kecepatan yang cukup kencang. Tapi di atas tanjakan, tiba-tiba salah satu roda belakang kanan kehilangan traksi. Mobil sedikit tergelincir, lalu terdengar suara CRACKK—ban menghantam besi pembatas yang entah kenapa tidak cukup kuat.
Penonton terdiam. Beberapa panik. Mobil sempat miring sebelum berhasil distabilkan lagi.
Tidak ada yang terluka—untungnya. Tapi bagian bawah Tesla Cybertruck terlihat penyok, dan lumpur serta batu sempat mengenai penonton yang berdiri terlalu dekat.
Itu bukan insiden besar, tapi cukup buat menciptakan kehebohan.
Reaksi Penonton – Dari Antusias Jadi Takut
Yang awalnya pada kagum, mendadak banyak yang mundur. Saya lihat wajah-wajah panik dan kecewa. Beberapa langsung cabut dari lokasi. Ada satu ibu-ibu yang marah karena anaknya kena cipratan lumpur.
Saya sendiri nggak terluka, tapi kaget. Lalu mulai muncul pikiran: “Lho, ini mobil futuristik kok bisa gitu ya? Kalau kejadian lebih parah, gimana?”
Wartawan mulai tanya-tanya. Beberapa live streamer langsung angkat isu itu. Komentar netizen pun rame di media sosial malam itu: ada yang bilang insiden kecil, ada yang bilang ini bukti mobil ini belum siap.
Saya ada di sana. Saya tahu insiden ini bukan hal besar dalam ukuran kecelakaan lalu lintas. Tapi secara PR, ini bisa jadi bola salju.
Pelajaran Tentang Ekspektasi dan Kenyataan Teknologi
Saya belajar satu hal penting hari itu: ekspektasi terhadap teknologi tinggi banget, apalagi kalau datang dari brand seperti Tesla. Ketika mobil diklaim tahan peluru, tahan apapun, dan bisa “menaklukkan semua medan,” publik jadi punya ekspektasi nyaris sempurna.
Dan begitu ada insiden kecil, meskipun teknis dan tidak berbahaya, ekspektasi itu langsung ambruk.
Saya ingat Elon Musk pernah bilang: “You should never demo something unless you’re absolutely sure it won’t break.” Nah, itu terbukti di sini.
Kita memang perlu inovasi, tapi kita juga harus siap menerima bahwa teknologi tetap punya batas.
Dari Penonton Biasa ke Pembelajar Keamanan Otomotif
Setelah kejadian itu, saya jadi tertarik belajar lebih banyak tentang keselamatan kendaraan otonom. Saya baca artikel, nonton wawancara para ahli, dan ikut webinar online soal autonomous driving dan ethics-nya.
Saya juga baru tahu bahwa mobil otonom punya tantangan besar bukan cuma teknis, tapi juga dari sisi hukum dan etika. Misalnya:
-
Siapa yang bertanggung jawab jika mobil otonom kecelakaan?
-
Apakah AI bisa mengambil keputusan moral dalam situasi darurat?
-
Bagaimana perlindungan data pengguna?
Insiden kecil Tesla Cybertruck tadi mungkin nggak ada hubungannya langsung dengan hal-hal ini, tapi jelas jadi pemicu buat saya buka mata.
Harusnya Tesla Bisa Lebih Siap
Dari kacamata penonton biasa sekaligus peminat teknologi, saya merasa demo Tesla hari itu nggak cukup matang. Mungkin terlalu terburu-buru. Atau mungkin tim lokalnya kurang dilatih.
Padahal dengan hype sebesar ini, Tesla mestinya tahu: setiap gerakan mereka dilihat, dinilai, dan viral.
Harusnya mereka punya rencana darurat—jarak aman buat penonton, antisipasi traksi ban, bahkan petugas pengaman tambahan. Sedikit kesalahan bisa rusak reputasi bertahun-tahun.
Saya bukan haters Tesla. Justru saya fans berat. Tapi justru karena fans, saya berharap lebih, dikutip dari lama resmi Tesla.
Refleksi Pribadi – Apakah Saya Masih Mau Punya Tesla Cybertruck?
Setelah semua ini, saya masih tertarik punya Tesla Cybertruck. Tapi dengan catatan.
Saya nggak lagi melihatnya sebagai “mobil impian masa depan.” Saya lihat sebagai eksperimen berjalan—produk yang sedang menuju matang tapi belum 100% stabil.
Kalau kamu beli Tesla Cybertruck sekarang, kamu harus siap jadi bagian dari proses itu. Bisa jadi kamu jadi test case untuk bug baru, atau justru jadi saksi inovasi yang benar-benar mengubah industri.
Saya akan beli, tapi nggak sekarang. Saya mau lihat beberapa iterasi dulu.
Tips Buat Kamu yang Ingin Ikut Tren Mobil Otonom
Kalau kamu tertarik dengan mobil seperti Tesla Cybertruck, ini beberapa tips dari saya:
-
Lakukan riset menyeluruh. Jangan cuma ikut tren atau karena viral.
-
Cek regulasi lokal. Banyak fitur otonom belum legal di semua negara.
-
Pahami keterbatasan. Autopilot bukan berarti bisa tidur di jalan.
-
Utamakan keamanan. Pastikan fitur safety mobil benar-benar aktif dan dipahami.
-
Pantau review pengguna awal. Kadang lebih jujur dari materi promosi.
Tesla Cybertruck Inovasi Itu Perlu, Tapi Jangan Lupa Realita
Saya tetap percaya pada inovasi. Saya juga percaya bahwa Tesla Cybertruck punya potensi besar. Tapi insiden kecil yang saya saksikan langsung itu jadi pengingat: teknologi canggih tetap butuh kesiapan, kehati-hatian, dan tanggung jawab.
Semoga kejadian itu jadi pelajaran buat semua—Tesla, pengguna, dan pengamat seperti saya.
Kalau kamu pernah hadir di event serupa atau punya cerita tentang mobil otonom, yuk share di kolom komentar. Biar kita saling belajar dan makin bijak menghadapi masa depan teknologi transportasi.
Baca Juga Artikel dari: Tren Metaverse: Pengalaman Pertama Gue Masuk Dunia Virtual
Baca Juga Dengan Konten Terkait Tentang: Bussiness