Pertama Mencicipi Makanan Khas Palembang: Nyesel Baru Coba Sekarang 2025

makanan khas palembang
Saya inget banget waktu pertama kali nyampe Palembang saya langsung mencoba makanan khas palembang. Panasnya sih, ya Allah… tapi pas suapan pertama pempek nyentuh lidah? Gila. Rasanya kayak ngebuka pintu surga kuliner yang selama ini Saya nggak tahu eksis di Pulau Sumatera.
Jujur, awalnya Saya kira pempek tuh cuma satu jenis aja—yang lenjer itu, yang biasa ada di mall. Tapi pas duduk di warung kaki lima deket Jembatan Ampera, Saya disuguhin pempek kapal selam, kulit, adaan, sampe pempek pistel. Sumpah, langsung mikir: Selama ini Saya makan apa, cuy?
Waktu itu Saya bikin vlog dadakan, bener-bener spontan. Kamera nyala, keringetan, tapi ekspresi nggak bisa bohong—Saya mind blown. Cuko-nya? Pedes, asem, manis, nendang banget. Rahang sampe kaget saking beraninya rasa.

Variasi Makanan Khas Palembang: Lebih dari Sekadar Pempek!

pempek palembang

Kalau kamu pikir makanan khas Palembang itu cuma pempek, wah, berarti kita perlu ngobrol panjang nih. Di vlog trip Saya yang kedua ke Palembang, Saya sempet cobain:
1. Tekwan
Ini sup bening isi bola ikan kecil, jamur kuping, dan bihun. Kuahnya kaldu udang, aroma khas banget. Cocok dinikmati sore-sore.
2. Model
Nah, ini mirip tekwan tapi pake tahu isi adonan ikan. Disiram kuah yang sama, tapi sensasi gigitannya beda. Lebih “padat” gitu.
3. Laksan
Kayak pempek lenjer yang dipotong-potong, terus disiram kuah santan pedas. Ini yang bikin Saya mikir: “Kok bisa ya, pempek jadi creamy?”
4. Martabak HAR
Oke, ini agak beda. Isinya telur doang tapi disiram kuah kari kentang. Dimakan pake acar cabe. Simple tapi ngangenin.
Dan itu baru sebagian kecil. Saya juga sempet nyicip Burgo, Lakso, dan Celimpungan—semuanya punya ciri khas kuah. Palembang ini kota rasa kuah sih menurut Saya.

Apa yang Bikin Makanan Palembang Itu Beda dan Menarik?

Saya udah keliling banyak kota di Indonesia buat Culinary—dari Padang sampe Manado—dan Palembang punya sesuatu yang unik: kombinasi rasa berani yang nggak malu-malu.
Di banyak tempat lain, masakan kadang lebih subtle atau seimbang. Tapi di Palembang? Boom! Kamu dapet rasa yang langsung nampol. Cuko contohnya, itu bukan sambel biasa. Asam, pedes, manis—semuanya hadir tanpa kompromi.
Selain itu, Saya juga suka gimana bahan dasar ikan—yang biasanya cuma digoreng di tempat lain—bisa jadi super kreatif di sini. Bahkan adonan pempek yang itu-itu aja bisa berubah jadi belasan jenis makanan yang berbeda banget.
Oh, dan satu lagi: harga! Banyak warung kaki lima yang jualan makanan khas Palembang dengan harga super ramah kantong. Jadi cocok banget buat traveler budget kayak Saya (dan konten pun jadi relatable).

Tips Jujur Buat Kamu yang Mau Coba Kuliner Palembang

Berdasarkan pengalaman pribadi (dan beberapa perut mules yang tak terhindarkan 😅), Saya punya beberapa tips praktis kalau kamu mau ekspkamur makanan khas Palembang:
✅ 1. Mulai dari pempek yang “aman” dulu.
Coba lenjer atau adaan dulu. Jangan langsung kapal selam kalau perut kamu belum siap sama cuko yang pedes banget.
✅ 2. Wajib coba makan di warung lokal.
Yang terkenal belum tentu paling enak. Kadang justru yang tersembunyi itu yang legendaris. Saya nemu satu warung di daerah Ilir yang jual pempek kulit terenak seumur hidup Saya.
✅ 3. Selalu tanya kuahnya dari apa.
Karena hampir semua makanan di Palembang pakai kuah, pastiin dulu kamu cocok sama rasa udang atau santan. Kalau nggak tahan, bisa berabe.
✅ 4. Siapin space di perut buat martabak HAR pagi-pagi.
Martabak ini biasanya jadi sarapan khas. Dan serius, kamu belum ke Palembang kalau belum sarapan di warung HAR.

Pelajaran yang Saya Petik dari Kulineran di Palembang

Dari semua trip kuliner yang pernah Saya lakuin, Palembang tuh ngajarin Saya satu hal penting: makanan lokal punya cerita, dan rasa itu cerminan budaya.
Setiap suapan pempek itu kayak nyicip sejarah. Dari warisan nenek moyang yang ngolah ikan jadi makanan tahan lama, sampe ke kreativitas warga lokal yang terus berinovasi. Ada kebanggaan dalam tiap kuah cuko yang dibikin sendiri—Saya sempet lihat satu ibu-ibu ngeracik cuko dari pagi. Nggak asal pedes, tapi diukur beneran.
Dan ini juga ngebuka mata Saya soal pentingnya support UMKM lokal. Beberapa pemilik warung yang Saya temuin cerita kakamu mereka udah dagang turun-temurun. Ada yang udah generasi ketiga! Kebayang nggak sih, resepnya udah puluhan tahun?
Wajib Masukin Palembang ke Bucket List Kuliner Kamu
Kalau kamu beneran ngaku pecinta kuliner, atau sekadar suka cari makanan unik buat konten, Palembang itu hidden gem yang kadang kelewat sama turis.
Rasanya bold, variasinya banyak, dan pengalaman makannya—mulai dari pinggir jalan sampe restoran klasik—itu nggak akan kamu dapet di tempat lain.
Dan buat Saya pribadi, ini bukan cuma soal enaknya makanan. Tapi soal kenangan, cerita, dan rasa “rumah” yang entah gimana bisa kerasa banget… meskipun Saya nggak punya darah Palembang sama sekali.

Mencicipi Makanan Khas Palembang: Bukan Sekadar Kuliner, Tapi Perjalanan Rasa

Mencicipi sate Palembang

Setelah beberapa hari menjelajah Makanan Khas Palembang, satu hal yang terasa sangat kuat adalah bagaimana setiap makanan membawa cerita. Bukan hanya dari segi rasa, tapi juga dari suasana tempat makannya, cara penyajiannya, hingga bagaimana warga lokal menyambut dengan senyum saat ditanya soal rekomendasi makanan favorit mereka.

Salah satu momen yang cukup berkesan adalah saat makan celimpungan di warung sederhana di daerah Seberang Ulu. Makanan ini sekilas mirip laksan, tapi kuahnya lebih kental, dengan aroma rempah yang lebih dalam. Rasanya cukup “berani”—ada perpaduan santan, kunyit, dan rempah lain yang mungkin sulit ditebak. Namun justru itu yang membuatnya menarik. Setiap suap seperti mencoba memecahkan misteri rasa.

Setelah mencicipi banyak jenis Makanan Khas Palembang, makin terasa bahwa kota ini benar-benar serius soal makanan. Bahkan makanan yang kelihatannya simpel, seperti burgo atau lakso, tetap dibuat dengan penuh perhatian. Kuah santan yang digunakan tidak asal, tapi diolah dengan takaran yang tepat agar tidak terlalu pekat atau malah hambar.

Sempat juga berbincang dengan seorang penjual pempek yang sudah berjualan selama 20 tahun. Ia bercerita bahwa proses membuat pempek bukan cuma soal mencampur ikan dan sagu. Ada teknik khusus agar adonannya tetap lembut tapi kenyal, dan itu bukan hal yang bisa dipelajari hanya dalam satu atau dua kali coba.

Mengapa Makanan Palembang Terus Dicari Pecinta Kuliner?

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa yang membuat makanan khas Palembang tetap jadi favorit di tengah gempuran kuliner kekinian?

Jawabannya sebenarnya sederhana: otentik dan penuh karakter.

Saat makanan dari berbagai daerah mulai mengalami “fusion” atau penyesuaian rasa, Makanan Khas Palembang tetap mempertahankan ciri khasnya. Rasa cuko yang tajam, kuah santan yang kaya, dan tekstur ikan yang dominan adalah ciri yang tidak diubah meskipun zaman berganti.

Di samping itu, ada juga faktor emosional. Banyak perantau dari Sumatera Selatan yang rindu dengan rasa rumah, dan makanan khas Palembang menjadi pengobat rindu terbaik. Bahkan di luar kota Palembang, banyak yang membuka usaha pempek atau martabak HAR dengan tujuan memperkenalkan rasa otentik ke kota lain.

Bagi pecinta kuliner sejati, rasa adalah segalanya. Tapi bukan hanya rasa yang dicari, melainkan juga keaslian dan cerita di baliknya. Dan makanan khas Palembang punya semua itu—warisan budaya, bahan yang berkualitas, hingga teknik memasak yang diwariskan turun-temurun.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Bubur Manado: Resep dan Cara Membuat Hidangan Khas Sulawesi yang Menggugah Selera disini

Author