Tarian Adat Sumatra: Warisan Budaya yang Menari di Ujung Barat Nusantara

Tarian Adat Sumatra

Ada satu hal yang selalu membuat saya takjub melihat tarian adat sumatra setiap kali berbicara tentang Indonesia, yaitu kekayaan budaya yang seolah tiada habisnya. Sebagai seorang yang gemar menelusuri kesenian tradisional dari berbagai daerah, saya selalu merasa bahwa setiap tarian di tanah air punya jiwa dan cerita tersendiri.
Dan kalau berbicara tentang Sumatra, pulau besar di ujung barat Indonesia ini seolah menyimpan sejuta pesona budaya yang hidup dan berdenyut hingga kini. Dari ujung Aceh hingga Lampung, tarian adat Sumatra mencerminkan keindahan, semangat, dan filosofi kehidupan masyarakatnya.

Dalam tulisan ini, saya ingin mengajak kamu berkeliling secara naratif — menyusuri beberapa tarian adat Sumatra yang tidak hanya indah dipandang, tapi juga sarat makna dan nilai budaya yang tinggi. Mari kita mulai perjalanan budaya ini.

Menyapa Aceh dengan Keagungan Tari Saman

Macam-Macam Tarian Daerah dan Penjelasannya, dari Pulau Sumatera hingga Papua - Hot Liputan6.com

Saya masih ingat betul tarian adat sumatra,  pertama kali melihat Tari Saman ditampilkan secara langsung di sebuah acara seni budaya di Jakarta. Para penari duduk berbaris rapi, gerakan tangan mereka cepat, teratur, dan serempak, seolah tubuh-tubuh mereka dikendalikan oleh satu jiwa. Dentuman ritmis tepukan dada, tangan, dan lantai terdengar menggetarkan.
“Subhanallah, ini luar biasa,” gumam saya saat itu traveloka .

Tari Saman berasal dari suku Gayo di Aceh, dan sering disebut sebagai “Tarian Seribu Tangan”. Tari ini menggambarkan kebersamaan, kekompakan, dan persatuan — nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh.
Menariknya, Tari Saman juga sarat dengan nilai-nilai Islam, karena dulu digunakan sebagai media dakwah oleh Syekh Saman pada abad ke-13. Gerakannya yang energik melambangkan semangat, sedangkan syair yang dibawakan penuh pesan moral dan religius.

Kini, Tari Saman telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO sejak tahun 2011. Bagi saya, pengakuan ini bukan hanya simbol kebanggaan, tapi juga pengingat bahwa budaya luhur seperti ini harus terus kita jaga dan wariskan.

Sumatera Barat dan Pesona Lincahnya Tari Piring

Beranjak ke barat, kita tiba di Sumatera Barat, tanah kelahiran Tari Piring. Kalau Tari Saman menonjolkan kekompakan dalam barisan, Tari Piring justru memukau dengan kelincahan dan ketangkasan penarinya.
Saya sempat melihat pertunjukan ini di Padang saat menghadiri pesta pernikahan adat Minangkabau. Dua penari laki-laki menari dengan cepat, memutar piring di tangan kanan dan kiri, sambil mengayunkan kaki dengan tempo yang menakjubkan.

Ternyata, Tari Piring dulunya adalah ritual rasa syukur kepada dewa-dewa atas hasil panen yang melimpah. Namun setelah Islam masuk ke Minangkabau, makna tarian ini bergeser menjadi ungkapan syukur kepada Allah SWT.
Piring yang dibawa penari melambangkan rejeki, sementara gerakannya mencerminkan kerja keras, gotong royong, dan semangat masyarakat Minangkabau.

Yang paling menegangkan adalah bagian akhir tarian adat sumatra, di mana penari berjalan di atas pecahan kaca tanpa terluka sedikit pun! Saya sempat menahan napas waktu itu. Bukan karena takut, tapi karena kagum — betapa tarian ini begitu berani dan sakral dalam penyajiannya.

Keindahan Melayu dalam Tari Zapin dari Riau

5 Tarian Khas Provinsi Sumatera Selatan: Nomor 1 dan 2 Masih Sering Dilihat - Akurat Sumsel

Kalau kamu suka tarian yang elegan tapi tetap enerjik, maka Tari Zapin Riau pasti akan mencuri perhatianmu. Tari ini lahir dari perpaduan budaya Arab dan Melayu yang berkembang di pesisir timur tarian adat sumatra.
Saya sempat menonton pertunjukan Tari Zapin di Pekanbaru. Musik gambus mengalun, para penari dengan pakaian adat Melayu yang indah menari dengan gerakan kaki yang lemah gemulai tapi penuh irama. Ada kelembutan, tapi juga ketegasan di setiap hentakan langkah.

Tari Zapin awalnya merupakan bagian dari ritual keagamaan yang dibawa oleh para pedagang Arab pada abad ke-16. Lama-kelamaan, tarian ini menjadi bentuk hiburan yang menggambarkan keharmonisan, kesopanan, dan keindahan budaya Melayu.

Bagi saya, keunikan Tari Zapin adalah kemampuannya memadukan unsur religius dan estetika. Tidak heran kalau tarian ini masih sering ditampilkan dalam acara adat, pernikahan, hingga festival budaya internasional.

Tari Tanggai dari Sumatera Selatan: Simbol Keanggunan Palembang

Kalau kamu berkunjung ke Palembang, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan Tari Tanggai. Tarian ini biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan, dan menjadi simbol keramahan khas masyarakat Sumatera Selatan.

Saya masih teringat jelas suasana pertama kali melihatnya di Museum Balaputra Dewa. Penarinya mengenakan busana songket Palembang yang megah, lengkap dengan mahkota dan kuku panjang berwarna emas yang disebut tanggai. Gerakannya lembut, mengalir, tapi penuh makna penghormatan.

Tari Tanggai bukan hanya sekadar hiburan. Ia mencerminkan kesopanan, keanggunan, dan kebijaksanaan wanita Palembang. Dalam setiap lenggok tangan, ada pesan tentang bagaimana menghargai tamu dan menjaga kehormatan diri.
Saya jadi berpikir, betapa luhur nilai-nilai yang tersirat dalam tarian ini — sesuatu yang patut kita tanamkan kembali dalam kehidupan modern yang sering kali terlalu tergesa-gesa.

Lampung dan Energi Positif dalam Tari Sigeh Pengunten

Selanjutnya, mari kita menuju ujung selatan Pulau Sumatra, ke tanah Lampung. Daerah ini punya tarian khas yang disebut Tari Sigeh Pengunten — sebuah tarian penyambutan yang penuh warna dan semangat.

Tari ini sering ditampilkan dalam upacara penyambutan tamu, pernikahan, dan festival budaya. Saat saya menonton pertunjukannya di Taman Budaya Lampung, saya langsung terpesona dengan harmoni musik gamolan (alat musik tradisional Lampung) dan gerakan penarinya yang lembut tapi berwibawa.

Sigeh Pengunten sendiri berasal dari dua kata: sigeh berarti salam, dan pengunten berarti penghormatan. Jadi, tarian ini merupakan simbol keramahan, keikhlasan, dan penghargaan terhadap tamu.

Yang membuatnya istimewa adalah penggunaan siger, mahkota khas wanita Lampung, yang melambangkan kemuliaan dan kecantikan. Saya merasa tarian ini seperti puisi yang bergerak — penuh pesan moral dan nilai-nilai luhur tentang sopan santun.

Sumatera Utara dan Keanggunan Tari Tortor Batak

Ketika berbicara tentang budaya Sumatera Utara, sulit rasanya melewatkan Tari Tortor. Saya pernah menghadiri pesta adat Batak Toba di Medan, dan momen Tari Tortor menjadi bagian yang paling mengharukan.

Tari Tortor tidak bisa dipisahkan dari upacara adat Batak — baik pernikahan, kematian, maupun pesta syukuran. Yang menarik, tarian ini bukan hanya pertunjukan seni, melainkan juga media komunikasi spiritual antara manusia dengan roh leluhur.

Gerakannya tidak terlalu cepat, bahkan cenderung lambat, tapi penuh makna. Setiap langkah kaki, setiap gerakan tangan, semuanya memiliki simbol tertentu — misalnya ungkapan syukur, doa, atau penghormatan.

Saat menonton, saya merasa seolah sedang menyaksikan doa yang menari. Musik gondang sabangunan mengiringi dengan ritme yang khas, menciptakan suasana sakral dan hangat di waktu yang sama.

Tarian Andun dari Bengkulu: Simbol Keakraban dan Kebersamaan

Di Bengkulu, ada tarian yang menggambarkan suasana kebersamaan dalam masyarakat, yaitu Tari Andun. Saya pertama kali mengenalnya ketika berkunjung ke rumah seorang teman di Bengkulu, dan kebetulan ada acara adat di desanya.

Tari Andun awalnya digunakan sebagai sarana mencari jodoh bagi para muda-mudi. Mereka menari bersama dalam lingkaran besar di bawah cahaya bulan, dengan iringan musik dol yang khas. Namun kini, tarian ini lebih sering digunakan sebagai penyambutan tamu dan hiburan rakyat.

Yang saya suka dari Tari Andun adalah nuansa keakraban dan egaliter yang terasa kuat. Semua orang bisa ikut menari tanpa memandang status sosial. Inilah bentuk kebudayaan yang sederhana tapi penuh makna — bahwa dalam kebersamaan, kita semua sama dan saling menghargai.

Nilai Filosofis di Balik Tarian Adat Sumatra

Kalau diperhatikan, setiap tarian adat dari Sumatra memiliki benang merah yang sama: semuanya berbicara tentang kebersamaan, penghormatan, dan spiritualitas.
Mulai dari Tari Saman yang menonjolkan kekompakan, Tari Piring yang melambangkan kerja keras, hingga Tari Tanggai yang menampilkan kelembutan dan penghormatan — semuanya merupakan refleksi kehidupan masyarakat Sumatra yang religius, sopan, dan menjunjung tinggi nilai moral.

Saya jadi berpikir, betapa tarian-tarian ini bukan sekadar hiburan, tapi sumber pendidikan karakter yang luar biasa. Di dalamnya, tersimpan pesan-pesan yang seharusnya diajarkan kepada generasi muda.

Tantangan dan Harapan Pelestarian Tarian Adat Sumatra

Sayangnya, di era modern ini, minat generasi muda terhadap tarian tradisional mulai menurun. Banyak yang lebih tertarik pada tarian modern seperti K-pop dance atau TikTok challenge. Padahal, kalau mereka mau belajar, tarian adat justru punya keunikan yang tak bisa ditemukan di budaya mana pun.

Beberapa komunitas seni di Sumatra kini berjuang keras untuk melestarikan tarian adat melalui festival budaya, lomba tari, hingga pelatihan di sekolah-sekolah. Saya sempat berbincang dengan seorang pelatih Tari Saman di Banda Aceh, dan ia berkata dengan semangat:

“Kami tidak ingin Tari Saman hanya dikenal di luar negeri, tapi juga dicintai anak-anak Aceh sendiri.”

Kata-kata itu menampar saya lembut. Betapa sering kita lupa menghargai warisan sendiri, padahal dunia luar justru mengaguminya.

Menutup Perjalanan Budaya: Tarian Adat Sumatra sebagai Cermin Jiwa Bangsa

Setelah mengelilingi berbagai daerah di Sumatra, saya semakin yakin bahwa tarian adat bukan hanya gerakan tubuh — tapi gerakan jiwa. Ia adalah bahasa yang menyatukan manusia dengan alam, leluhur, dan sesama.
Tarian adat Sumatra mengajarkan banyak hal: bagaimana hidup harus rukun, bagaimana kita harus bersyukur, dan bagaimana keindahan bisa lahir dari kesederhanaan.

Bagi saya pribadi, setiap kali menonton tarian-tarian ini, saya merasa sedang menyaksikan sejarah yang hidup. Gerakan demi gerakan membawa saya pada kisah masa lalu yang masih berdenyut di masa kini.

Dan kalau kamu sedang mencari inspirasi budaya untuk blog, perjalanan, atau karya seni, percayalah — Sumatra adalah rumah bagi keindahan yang tak lekang oleh waktu.
Mulai dari Tari Saman yang energik, Tari Piring yang memukau, Tari Tanggai yang anggun, hingga Tari Sigeh Pengunten yang penuh makna, semuanya mengajarkan satu hal penting:
bahwa budaya adalah jati diri bangsa, dan tarian adalah napas kehidupan yang tak boleh padam. 

Baca fakta seputar : Cultured

Baca artikel menarik lainnya tentang : Tari Topeng Endel: Simbol Kecantikan dan Kebijaksanaan dalam Budaya Cirebon

Author