Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Meskipun sering dianggap penyakit anak-anak, kenyataannya batuk rejan juga dapat menyerang remaja dan orang dewasa. Ciri khas penyakit ini adalah batuk parah yang berlangsung lama dan terdengar “rejan” atau “menggonggong”.
Bakteri penyebab pertusis menempel pada lapisan saluran pernapasan bagian atas dan menghasilkan racun yang menyebabkan peradangan serta penyempitan saluran udara. Akibatnya, penderita akan mengalami serangan batuk berkepanjangan, terutama di malam hari.
Gejala Batuk Rejan yang Perlu Diwaspadai

Batuk rejan berkembang dalam beberapa tahap, dan gejalanya dapat menyerupai flu biasa pada awalnya. Namun, seiring waktu, gejalanya menjadi lebih parah dan khas Alodokter.
1. Tahap Pertama (Masa Kataral)
Biasanya berlangsung selama 1–2 minggu dengan gejala:
-
Hidung tersumbat atau berair
-
Bersin dan demam ringan
-
Batuk ringan yang semakin lama memburuk
Pada tahap ini, penderita sangat menular karena bakteri sedang aktif berkembang biak.
2. Tahap Kedua (Masa Paroksismal)
Tahap ini bisa berlangsung hingga 6 minggu. Batuk menjadi lebih sering dan parah dengan ciri:
-
Batuk bertubi-tubi dan sulit berhenti
-
Suara “whoop” khas saat menarik napas setelah batuk
-
Muntah setelah batuk hebat
-
Wajah memerah atau kebiruan saat serangan batuk
Serangan batuk biasanya terjadi di malam hari dan sangat melelahkan bagi penderitanya.
3. Tahap Ketiga (Masa Pemulihan)
Pada tahap ini, gejala mulai membaik, namun batuk dapat tetap muncul selama beberapa minggu. Walau tidak lagi menular, tubuh masih dalam proses pemulihan dari kerusakan saluran napas.
Penyebab dan Cara Penularan
Batuk rejan disebabkan oleh Bordetella pertussis, bakteri yang menyebar melalui percikan air liur (droplet) ketika penderita batuk atau bersin. Penularannya sangat cepat, terutama di tempat padat seperti sekolah, rumah tangga, atau transportasi umum.
Seseorang dapat menularkan penyakit ini mulai dari seminggu pertama gejala hingga sekitar tiga minggu setelah batuk parah dimulai. Anak-anak yang belum divaksinasi memiliki risiko tertinggi tertular.
Siapa yang Paling Berisiko?
Batuk rejan bisa menyerang siapa saja, tetapi kelompok berikut paling rentan mengalami komplikasi serius:
-
Bayi di bawah 6 bulan, karena sistem imun mereka belum kuat.
-
Anak-anak yang belum lengkap imunisasinya.
-
Lansia atau orang dengan penyakit paru kronis.
-
Orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin booster.
Pada bayi, batuk rejan bisa menyebabkan pneumonia, kejang, bahkan kematian bila tidak segera ditangani.
Pencegahan: Vaksinasi Adalah Kunci

Cara paling efektif mencegah batuk rejan adalah melalui vaksinasi. Di Indonesia, vaksin pertusis diberikan dalam kombinasi DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis). Vaksin ini diberikan dalam beberapa tahap, yaitu pada usia:
-
2 bulan
-
3 bulan
-
4 bulan
-
Booster di usia 18 bulan dan 5 tahun
Bagi remaja dan orang dewasa, disarankan mendapatkan vaksin Tdap (Tetanus, Difteri, Pertusis) sebagai penguat, terutama bagi calon orang tua atau tenaga medis.
Selain vaksin, langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan antara lain:
-
Menghindari kontak dekat dengan penderita batuk rejan.
-
Menjaga kebersihan tangan.
-
Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
-
Menggunakan masker di tempat umum.
Cara Mengobati Batuk Rejan
Jika seseorang terdiagnosis batuk rejan, dokter biasanya akan memberikan antibiotik seperti azitromisin atau eritromisin untuk membunuh bakteri penyebabnya. Namun, pengobatan paling efektif bila dilakukan pada tahap awal penyakit.
Selain itu, perawatan di rumah juga penting untuk membantu pemulihan:
-
Istirahat cukup dan minum banyak cairan.
-
Menjaga udara di kamar tetap lembap agar saluran napas tidak kering.
-
Menghindari paparan asap rokok.
-
Makan makanan bergizi untuk memperkuat daya tahan tubuh.
Pada bayi, perawatan medis lebih intensif mungkin diperlukan, termasuk pemberian oksigen dan pemantauan di rumah sakit.
Mengapa Batuk Rejan Masih Ada di Era Modern?
Walau vaksin telah lama tersedia, kasus batuk rejan masih muncul di berbagai negara. Beberapa penyebabnya antara lain:
-
Penurunan tingkat vaksinasi anak di beberapa daerah.
-
Kekebalan dari vaksin yang berkurang seiring waktu tanpa booster.
-
Mutasi kecil pada bakteri Bordetella pertussis yang membuatnya lebih tahan.
Itulah sebabnya vaksinasi lanjutan dan kesadaran masyarakat tetap penting untuk mencegah wabah batuk rejan.
Komplikasi Serius Akibat Batuk Rejan
Meskipun sebagian orang dewasa dapat sembuh tanpa komplikasi besar, batuk rejan bisa sangat berbahaya bagi bayi dan anak-anak kecil. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bahkan bisa berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat.
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat batuk rejan:
1. Pneumonia
Komplikasi paling umum dan berbahaya pada bayi. Batuk yang terlalu kuat membuat paru-paru bekerja keras, sehingga mudah terinfeksi bakteri sekunder. Pneumonia akibat batuk rejan dapat menyebabkan sesak napas berat dan memerlukan perawatan intensif.
2. Kejang
Akibat kurangnya oksigen saat batuk parah, bayi bisa mengalami kejang yang berulang. Kondisi ini bisa memengaruhi fungsi otak bila tidak segera ditangani.
3. Pendarahan di Mata atau Otak
Tekanan tinggi saat batuk bertubi-tubi dapat menyebabkan pembuluh darah kecil pecah, terutama di bagian mata dan kepala. Meskipun jarang, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan otak.
4. Dehidrasi dan Penurunan Berat Badan
Batuk yang disertai muntah sering kali membuat anak kehilangan nafsu makan dan cairan tubuh. Bila dibiarkan, ini bisa menyebabkan dehidrasi berat dan memperlambat proses pemulihan.
Batuk Rejan di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat
Sebagai penyakit yang mudah menular, batuk rejan sering kali menyebar dengan cepat di lingkungan sekolah. Anak-anak yang belum mendapatkan vaksin lengkap menjadi kelompok paling rentan.
Ketika ada satu anak yang terinfeksi, risiko penularan ke teman sekelas, guru, bahkan anggota keluarga di rumah meningkat drastis. Karena itu, sekolah memiliki peran penting dalam mencegah penyebarannya dengan cara:
-
Mewajibkan imunisasi lengkap bagi murid baru.
-
Mengajarkan kebiasaan menutup mulut saat batuk.
-
Menyediakan ventilasi yang baik di kelas.
-
Mengedukasi orang tua agar tidak memaksa anak masuk sekolah ketika sedang sakit.
Kesadaran kolektif di lingkungan sekolah dapat menjadi benteng utama melawan penyebaran penyakit menular seperti batuk rejan.
Peran Keluarga dalam Pencegahan dan Perawatan
Keluarga memegang peranan penting dalam melindungi anak-anak dari batuk rejan. Langkah pencegahan sederhana dapat berdampak besar, terutama pada bayi yang belum bisa divaksinasi penuh.
Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua antara lain:
-
Memastikan anak mengikuti jadwal imunisasi DTP dengan lengkap.
-
Memberikan vaksin Tdap bagi anggota keluarga dewasa sebagai perlindungan tambahan (booster).
-
Menjaga kebersihan rumah dan memastikan sirkulasi udara cukup.
-
Mengisolasi sementara anggota keluarga yang sedang batuk parah untuk mencegah penularan.
-
Memberi perhatian lebih pada pola makan dan istirahat anak selama masa pemulihan.
Selain itu, komunikasi terbuka dengan tenaga kesehatan sangat penting. Dokter bisa membantu menentukan apakah gejala batuk anak disebabkan oleh pertusis atau penyakit lain seperti asma atau bronkitis.
Kesimpulan
Batuk rejan bukan sekadar batuk biasa. Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak kecil. Pencegahan melalui vaksinasi menjadi langkah paling efektif untuk melindungi diri dan orang sekitar.
Jika kamu atau anakmu mengalami batuk berkepanjangan dengan suara “whoop”, segeralah konsultasikan ke dokter. Dengan penanganan tepat dan kesadaran masyarakat yang tinggi, batuk rejan dapat dicegah agar tidak kembali menjadi ancaman di tengah masyarakat modern.
Baca fakta seputar : Health
Baca juga artikel menarik tentang : Vaksin HPV Nonavalent: Perlindungan Optimal dari Penyakit yang Mengintai
