Saya masih ingat pertama kali melihat Domba Batur di sebuah pameran ternak di Banjarnegara. Jujur, saya sempat melongo karena ukurannya luar biasa besar. Kalau biasanya domba identik dengan tubuh kecil atau sedang, Domba Batur ini bisa dibilang “sapi versi berbulu”. Ada yang bobotnya animal bisa sampai lebih dari 100 kg, bahkan ada yang katanya bisa mendekati 150 kg.
Waktu itu saya sempat mikir, “Ini beneran wikipedia domba lokal? Kok bisa segede itu?”. Dari situ, saya mulai penasaran dan akhirnya gali lebih dalam soal sejarah, karakteristik, sampai peluang bisnisnya.
Sejarah dan Asal Usul Domba Batur
Domba Batur berasal dari Desa Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, tepatnya di dataran tinggi Dieng. Konon, mereka adalah hasil kawin silang antara domba lokal dengan domba merino atau texel yang dibawa oleh Belanda. Jadi wajar saja kalau ukurannya bisa “monster” begitu.
Yang menarik, Domba Batur dianggap sebagai ikon lokal. Banyak peternak di daerah Dieng yang menjadikannya sumber penghasilan utama. Di sana, Domba Batur bukan cuma ternak biasa, tapi juga bagian dari kebanggaan budaya masyarakat.
Karakteristik Unik Domba Batur
Kalau kamu belum pernah lihat langsung, coba bayangin: bulunya tebal dan putih, tubuhnya panjang dan tinggi, kakinya kokoh banget, dan kepalanya biasanya nggak terlalu besar.
Beberapa ciri khas lain:
-
Berbulu tebal – Cocok dengan udara dingin Dieng.
-
Bobot super – Bisa mencapai 100–125 kg untuk jantan dewasa.
-
Pertumbuhan cepat – Lebih cepat besar dibandingkan domba lokal biasa.
-
Tahan cuaca dingin – Jarang sakit meski suhu rendah.
Yang agak repot, bulu mereka cepat kotor kalau dipelihara di daerah panas atau lembab. Saya pernah coba pelihara satu ekor di luar Dieng, hasilnya nggak maksimal.
Pengalaman Pertama Merawat Domba Batur
Waktu itu saya semangat banget beli sepasang Domba Batur dari peternak di Banjarnegara. Jujur, harganya lumayan bikin mikir dua kali. Seekor jantan dewasa bisa tembus 8–15 juta rupiah tergantung kualitas. Tapi karena saya pengen belajar, ya sudah nekat ambil.
Masalah muncul di minggu kedua. Domba ini makannya rakus banget. Kalau domba lokal cukup rumput segar 5 kg per hari, si Batur bisa butuh hampir dua kali lipat. Saya sempat panik karena stok rumput menipis, akhirnya harus cari tambahan pakan fermentasi dari jerami dan konsentrat.
Di situ saya belajar kalau manajemen pakan adalah kunci. Jangan asal pelihara kalau nggak siap logistiknya. Untungnya setelah sebulan, domba saya mulai terbiasa dengan pola makan campuran: rumput, dedak, dan konsentrat.
Tantangan Merawat Domba Batur
Saya nggak akan bohong, merawat Domba Batur itu nggak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa tantangan nyata yang saya hadapi:
-
Biaya pakan tinggi
Domba besar tentu butuh pakan banyak. Kalau nggak siap, kantong bisa jebol. -
Kandang harus kuat
Jangan remehkan tenaga mereka. Kalau kandang rapuh, siap-siap jebol. -
Adaptasi iklim
Domba ini paling nyaman di suhu dingin. Kalau dipelihara di dataran rendah, biasanya gampang stres. -
Perawatan bulu
Bulunya tebal banget, jadi kalau nggak rajin dibersihin bisa jadi sarang kutu.
Jujur, sempat ada rasa frustrasi. Saya pernah lihat bulu domba jadi kotor, gimbal, bahkan agak bau. Padahal awalnya kinclong banget. Dari situ saya sadar, beternak itu butuh komitmen, bukan sekadar coba-coba.
Peluang Bisnis Domba Batur
Nah, meski ada tantangan, sebenarnya potensi bisnis Domba Batur ini luar biasa. Saya sendiri mulai lihat hasil ketika ada tetangga yang tertarik beli untuk qurban. Karena ukurannya besar, harga jual otomatis lebih tinggi dibanding domba biasa.
Ada juga peluang lain:
-
Kontes ternak → Domba Batur sering ikut kontes, pemenang bisa dihargai puluhan juta.
-
Wisata edukasi → Banyak peternak membuka kunjungan edukasi, cocok buat anak sekolah.
-
Pemasok daging premium → Bobot besar = daging melimpah.
Kalau dikelola dengan serius, peternakan Domba Batur bisa jadi ladang cuan. Tapi ya itu tadi, butuh modal, waktu, dan tenaga ekstra.
Tips Praktis Merawat Domba Batur
Berdasarkan pengalaman (plus beberapa kesalahan yang saya alami), ada beberapa tips yang bisa saya bagikan:
-
Sediakan pakan fermentasi – Jangan cuma andalkan rumput segar. Pakan fermentasi lebih efisien dan bergizi.
-
Kandang harus berventilasi baik – Jangan lembab, karena bulu tebal mereka bisa jadi sarang penyakit.
-
Rajin grooming – Sisir bulu minimal seminggu sekali biar nggak kusut.
-
Jangan pelihara sendirian – Domba ini butuh kawanan. Kalau sendirian, mereka gampang stres.
-
Cari mentor – Kalau baru mulai, sebaiknya berguru dulu ke peternak senior.
Pelajaran yang Saya Petik
Dari perjalanan singkat bersama Domba Batur, saya belajar bahwa ternak bukan sekadar soal untung rugi. Ada proses belajar, adaptasi, bahkan rasa sabar yang diuji. Saya juga sadar, hewan ini adalah “aset hidup” yang harus dihargai, bukan sekadar komoditas.
Kadang saya suka duduk sore di kandang, lihat mereka makan dengan lahap. Ada rasa puas tersendiri, meski capek ngurusin. Domba Batur ngajarin saya tentang konsistensi: kalau rajin dirawat, hasilnya pasti balik.
Penutup
Domba Batur bukan hanya soal ukuran jumbo atau harga fantastis. Buat saya pribadi, ini adalah simbol ketekunan peternak lokal yang berhasil melestarikan dan mengembangkan potensi daerah. Kalau kamu tertarik memulai, jangan takut mencoba. Tapi pastikan siap dengan tantangan yang akan datang.
Pada akhirnya, merawat Domba Batur itu seperti merawat mimpi. Butuh kesabaran, ketekunan, dan keberanian untuk gagal. Dan dari kegagalan itulah kita belajar cara yang benar.
Baca Juga Artikel Ini: Kucing Merah Kalimantan: Petualangan Mencari Sang Elusif di Hutan Borneo