Gabus Pucung makanan Betawi yang menurutku underrated banget, jawabannya ya Gabus Pucung. Mungkin ada yang langsung familiar, mungkin juga banyak yang mikir, “Itu apaan sih?” karena jujur aja, aku dulu juga begitu. Pertama kali dengar nama ini, aku kira semacam tanaman atau buah. Ternyata, ini food khas Betawi berbahan ikan gabus yang dimasak dengan kluwek, bikin kuahnya hitam pekat, gurih, dan punya aroma yang unik banget.
Aku pertama kali ketemu Gabus Pucung bukan di restoran fancy, tapi di warung wikipedia kecil dekat Depok, kira-kira 10 tahun lalu. Waktu itu aku lagi diajak teman yang asli Betawi. Jujur, awalnya aku ragu. Kuah hitamnya keliatan intimidating, kayak rawon tapi lebih pekat. Tapi begitu suapan pertama masuk mulut—wah, langsung jatuh cinta!
Kenangan Pertama Mencicipi Gabus Pucung
Sebenarnya aku termasuk orang yang agak picky soal ikan. Banyak ikan air tawar yang amisnya keterlaluan, bikin aku nggak doyan. Tapi ikan gabus ini beda. Teksturnya padat, dagingnya putih bersih, dan katanya sih gizinya tinggi banget. Bahkan ada cerita kalau ikan gabus bagus buat penyembuhan luka pasca operasi. Entah bener atau enggak, tapi logikanya masuk akal karena proteinnya tinggi.
Waktu itu, aku masih belum ngerti kenapa kuahnya bisa hitam. Aku kira hasil kecap. Temenku yang orang Betawi langsung ketawa dan bilang, “Itu bukan kecap, Bro… itu kluwek.” Aku bengong, soalnya biasanya kluwek aku temuin di rawon. Ternyata bener, Gabus Pucung ini ibarat versi Betawi-nya rawon, cuma ada twist-nya sendiri. Rasanya lebih earthy, agak pahit di awal, tapi gurihnya lama-lama bikin nagih.
Belajar Masak Gabus Pucung di Rumah
Setelah jatuh cinta, aku coba hunting resep. Nah, di sinilah drama dimulai. Ternyata bikin Gabus Pucung itu nggak segampang yang aku kira. Bahan utama yang agak tricky tuh si kluwek itu sendiri. Kalau salah pilih, bisa pahit banget.
Aku pernah sekali beli kluwek sembarangan di pasar. Warnanya pucat, isinya kering, dan rasanya bener-bener bikin makanan jadi hambar. Dari situ aku belajar: kalau mau beli kluwek, pastikan yang isinya legit, agak berminyak, dan warnanya hitam pekat. Jangan males tanya sama pedagangnya, biasanya mereka paham kok mana kluwek bagus.
Nah, setelah kluwek aman, masalah berikutnya adalah si ikan gabus. Aku akui, pertama kali masak aku gagal total karena amisnya masih nempel. Baru kemudian aku tahu triknya: ikan gabus harus dibersihkan dengan jeruk nipis dan garam, bahkan kadang aku rendam sebentar biar bau lumpurnya hilang.
Waktu aku berhasil bikin pertama kali di rumah, rasanya campur aduk. Seneng karena akhirnya bisa bikin sendiri, tapi juga sadar rasanya masih jauh dari warung Betawi asli. Kuahnya kurang nendang, dan daging ikan agak keras. Dari situ aku mulai eksperimen, pakai bumbu yang lebih fresh, tambahin daun salam, jahe, dan cabai rawit biar ada tendangan pedasnya.
Nilai Filosofis dan Sejarah Singkat Gabus Pucung
Yang bikin aku makin respect sama makanan ini adalah cerita di baliknya. Gabus Pucung itu dulunya makanan sehari-hari orang Betawi di pinggiran sungai. Ikan gabus kan gampang dicari di rawa atau kali, sementara kluwek juga bisa didapat dari pohon sekitar. Jadi sebenarnya makanan ini lahir dari kearifan lokal: bagaimana masyarakat mengolah bahan sederhana jadi makanan penuh rasa.
Tapi ironisnya, sekarang Gabus Pucung termasuk makanan yang nyaris punah. Jarang banget warung yang jual, kalah populer sama soto Betawi atau kerak telor. Itu juga alasan kenapa aku ngerasa perlu masak sendiri di rumah, biar nggak sekadar jadi cerita sejarah.
Buatku pribadi, makanan ini kayak pengingat bahwa resep tradisional itu harta yang nggak boleh kita lupakan. Aku pernah ajak anakku nyobain, awalnya dia jijik lihat kuah hitam, tapi setelah dicoba malah nambah dua kali. Dari situ aku mikir, mungkin kita cuma butuh kenalin dengan cara yang tepat.
Tips Praktis Membuat Gabus Pucung Anti Gagal
Setelah beberapa kali trial and error, akhirnya aku bisa nemuin beberapa tips yang lumayan menyelamatkan:
-
Gunakan ikan gabus segar. Jangan pakai ikan yang udah lama di freezer. Teksturnya beda banget.
-
Bersihkan ikan dengan jeruk nipis. Ampuh banget buat ngilangin amis lumpur.
-
Jangan pelit kluwek. Kuah hitam yang nendang itu datang dari kluwek yang cukup dan berkualitas.
-
Tambahkan cabai rawit utuh. Nggak harus digiling, biarin aja nyebar pedesnya di kuah.
-
Gunakan api kecil. Masak kuah dengan api kecil biar bumbunya meresap, jangan buru-buru.
Kalau tips ini dipraktekkan, rasanya bisa lebih mendekati versi warung asli. Memang butuh kesabaran, tapi worth it banget.
Momen Frustrasi dan Keberhasilan
Aku pernah ngalamin momen frustrasi pas masak ini buat acara keluarga. Bayangin aja, aku udah niat banget bikin Gabus Pucung dalam porsi besar, eh ternyata kuahnya keasinan gara-gara aku salah takar garam. Rasanya mau nangis! Untung ada tante yang pinter masak, dia kasih solusi tambahin air kelapa buat netralisir rasa. Dan ajaibnya, malah jadi lebih enak.
Sebaliknya, momen paling bahagia itu pas ada temen Betawi asli bilang, “Wah, ini udah mirip sama buatan emak gue.” Rasanya kayak dapat penghargaan. Dari situ aku percaya diri buat sering masak ini lagi.
Kenapa Gabus Pucung Layak Dilestarikan
Buatku, Gabus Pucung bukan sekadar makanan. Ini representasi budaya, identitas, dan sejarah Betawi yang harus kita jaga. Di era sekarang, makanan tradisional gampang banget kalah sama makanan cepat saji. Padahal, kalau dipikir, bikin Gabus Pucung di rumah itu jauh lebih sehat: nggak pakai MSG, kaya protein, dan penuh rasa alami.
Aku juga merasa kalau kita sering masak makanan kayak gini di rumah, anak-anak kita nggak akan kehilangan koneksi dengan akar budaya sendiri. Bayangin kalau 20 tahun lagi orang cuma tahu pizza, burger, atau sushi, tapi lupa sama makanan tradisi sendiri. Sedih banget, kan?
Penutup: Belajar dari Sepiring Gabus Pucung
Dari pengalaman jatuh bangun belajar masak Gabus Pucung, aku jadi sadar satu hal: kadang sesuatu yang terlihat sederhana ternyata punya cerita panjang dan nilai yang dalam. Kuah hitam pekatnya bukan sekadar bumbu, tapi simbol ketekunan, kesabaran, dan kreativitas orang Betawi.
Dan kalau ditanya kenapa aku terus balik lagi ke makanan ini, jawabannya simpel: ada rasa rumah, ada rasa sejarah, dan ada kebanggaan kecil setiap kali berhasil bikin sendiri. Jadi, kalau kamu belum pernah coba, serius deh, cari warung Betawi yang jual Gabus Pucung atau coba bikin sendiri di rumah. Jangan takut gagal, karena justru dari kegagalan itu biasanya lahir resep terbaik.
Baca Juga Artikel Ini: Cara Membuat Telur Ceplok yang Sempurna Rahasia Simpel tapi Bikin Nagih